AYO BERSAMA AKHIRI TBC, INDONESIA BISA
AYO BERSAMA AKHIRI TBC, INDONESIA BISA
Menurut World Health Organization (Global TB Report, 2022), TBC masih menjadi masalah kesehatan di dunia hingga saat ini. Estimasi jumlah orang terdiagnosis TBC tahun 2021 secara global sebanyak 10,6 juta kasus atau naik sekitar 600.000 kasus dari tahun 2020 yang diperkirakan 10 juta kasus TBC. Dari 10,6 juta kasus tersebut, terdapat 6,4 juta (60,3%) orang yang telah dilaporkan dan menjalani pengobatan dan 4,2 juta (39,7%) orang lainnya belum ditemukan/didiagnosis dan dilaporkan. dari total 10,6 juta kasus di tahun 2021, setidaknya terdapat 6 juta kasus adalah pria dewasa, kemudian 3,4 juta kasus adalah wanita dewasa dan kasus TBC lainnya adalah anak-anak, yakni sebanyak 1,2 juta kasus.
TBC di Indonesia
Indonesia sendiri berada pada posisi kedua dengan jumlah kasus TBC terbanyak di dunia setelah India, diikuti oleh China. Pada tahun 2020, Indonesia berada pada posisi ketiga dengan beban jumlah kasus terbanyak, sehingga tahun 2021 jelas tidak lebih baik. Kasus TBC di Indonesia diperkirakan sebanyak 969.000 kasus TBC (satu orang setiap 33 detik). Angka ini naik 17% dari tahun 2020, yaitu sebanyak 824.000 kasus. Insidensi kasus TBC di Indonesia adalah 354 per 100.000 penduduk, yang artinya setiap 100.000 orang di Indonesia terdapat 354 orang di antaranya yang menderita TBC. Situasi ini menjadi hambatan besar untuk merealisasikan target eliminasi TBC di tahun 2030.
Angka keberhasilan pengobatan TBC pun masih sub-optimal pada 85 persen, di bawah target global untuk angka keberhasilan pengobatan 90 persen. Sedangkan jumlah kasus TBC yang ditemukan dan dilaporkan ke SITB tahun 2022 ialah sebanyak 717.941 kasus dengan cakupan penemuan TBC sebesar 74% (target: 85%). Pasien TBC yang belum ditemukan dapat menjadi sumber penularan TBC di masyarakat sehingga hal ini menjadi tantangan besar bagi program penanggulangan TBC di Indonesia.
Mengapa TBC Perlu Dieliminasi?
· TBC merupakan penyakit menular. Arus globalisasi transportasi dan migrasi penduduk antar negara membuat TBC menjadi ancaman serius
· Pengobatan TBC tidak mudah dan sebentar
· TBC yang tidak ditangani hingga tuntas menyebabkan resistansi obat
· TBC menular dengan mudah, yakni melalui udara yang berpotensi menyebar di lingkungan keluarga, tempat kerja, sekolah, dan tempat umum lainnya.
Penyakit TBC tidak hanya berdampak pada sektor kesehatan, tetapi juga pada aspek sosial dan ekonomi masyarakat. Oleh karena itu, keberhasilan eliminasi TBC sangat dipengaruhi oleh kontribusi dan kolaborasi lintas sektor dan seluruh lapisan masyarakat secara berkesinambungan.
Saat ini sudah diterbitkan Peraturan Presiden Nomor 67 tahun 2021 tentang Penanggulangan TBC. Penerbitan Perpres 67 tahun 2021 adalah penegasan kembali tentang komitmen Presiden dan sebagai acuan bagi Kementerian/Lembaga, Pemerintah Daerah Provinsi dan Kabupaten/Kota, Pemerintah Desa, serta Pemangku Kepentingan lainnya dalam melaksanakan Penanggulangan TBC. Sebagai salah satu bentuk implementasi strategi nasional kelima dalam Perpres 67/2021 yaitu peningkatan peran serta komunitas, pemangku kepentingan, dan multisektor lainnya dalam penanggulangan TBC, Hari TBC Sedunia (HTBS) pada 24 Maret 2023 menjadi momen yang tepat untuk mengajak keterlibatan multi-sektor. Tanggal ini ditetapkan oleh WHO dengan merujuk pada pertama kali Robert Koch menemukan bakteri TBC (Mycobacterium tuberculosis). Peringatan HTBS adalah kesempatan untuk meningkatkan kampanye dengan penyebarluasan informasi terkait TBC serta mendorong semua pihak untuk terlibat aktif dalam pencegahan dan pengendalian TBC.
Tuberkulosis paru merupakan suatu penyakit menular yang infeksinya dapat disebabkan oleh bakteri mycobacterium tuberculosis dan sering ditemukan menyerang paru-paru namun dapat juga menyerang organ lainnya. Hal tersebut menjadikan Tuberculosis paru sebagai penyebab kematian tertinggi ke-3 di dunia setelah penyakit arteri coroner (jantung iskemik) dan stroke. Self-efficacy sangat dibutuhkan oleh penderita TBC karena merupakan kekuatan positif dalam diri pasien berupa keyakinan melewati proses pengobatan sampai sembuh.
Tanda dan gejala TBC
1. Batuk lebih dari 2 minggu
2. Nyeri dada dan sesak nafas
3. Berat badan menurun
4. Nafsu makan menurun
5. Berkeringat malam hari tanpa aktifitas
6. Demam meriang berkepanjangan
7. Dahak bercampur daran
Cara penularan TBC
Melalui Droplet/percikan dahak saat penederita batuk maupun bersin.
Pasien TBC aktif dapat menularkan ke 10 – 15 orang disekelilingnya setiap tahun.
Orang yang beresiko tertular TBC :
1. Anak – anak
2. Orang dengan hiv
3. Orang lanjut usia
4. Orang dengan Diabitus miletus
5. Perokok
6. Orang yang kontak erat / tinggal 1 rumah dengan penderita TBC
Cara pencegahan TBC :
1. Minum obat secara teratur
2. Gunakan masker selama menjalani pengobatan
3. Terapkan etika batuk dan bersin
4. Tidak membuang ludah sembarangan
5. Menjemur bantal dan kasur seminngu sekali
6. Pencahayaan dan sirkulasi udara di rumah baik
7. Hindari merokok
8. Terapkan Perilaku hidup bersih dan sehat
9. Imunisasi BCG pada bayi
Referensi
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2006. Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberkulosis Edisi 2. Jakarta
HealthCare Nursing Journal Vol.5 N0 1 (2023)
Panduan Kegiatan peringatan hari Tuberculosis sedunia tahun 2023